Differentiated
Instruction (Pembelajaran Berdiferensiasi)
1.
Pengertian
Diferensiasi
adalah praktik menyesuaikan kurikulum, strategi mengajar, strategi penilaian,
dan lingkungan kelas dengan kebutuhan semua siswa. Kelas yang berdiferensiasi
memberikan jalur yang berbeda bagi siswa untuk mendapatkan isi, untuk memproses
informasi dan ide-ide, serta untuk mengembangkan produk/ hasil belajar yang
menunjukkan sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa. Pembelajaran
berdiferensiasi berpusat pada siswa dan menitikberatkan pada pengajaran yang
responsif dan pro-aktif.
Penanganan
anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh
banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah
dikembangkan pendekatan pengajaran alternatif yaitu berdiferensiasi (differentiated
instruction). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan siswa berbakat
dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan
belajar pada siswa berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran
pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.
Tomlison
(1995), mengemukakan bahwa dalam pengajaran berdiferensiasi ini, guru
menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
a.
Cara
agar siswa dapat mengeksplorasi kurikulum.
Kurikulum
merupakan seperangkat Beragam rencana dan pengaturan mengenai sisi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 1 butir 9). Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang
masing-masing satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kurikulum
hendaknya selalu mengacu pada tujuan pendidikan nasional,dengan memperhatikan:
(1) tahap perkembangan peserta didik; (2) kesesuaiannya dengan lingkungan; (3)
kesesuaiannya dengan kebutuhan pembangunan nasional; (4) kesesuaiannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian; (5) kesesuaiannya
dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.Dalam kaitan dengan
pembelajaran berdiferensiasi, maka para siswa memiliki kebebasan yang luas
untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai denganperkembangan fisik
dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang
sesuai dengan kondisinya.
b.
Beragam
kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki
informasi dan ide;
Proses
belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk
mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi yang
diperlukan. Siswa harus terlibat secara aktif dalam proses tersebut baik secara
individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat dari (Suryosubroto,
1996:72): (1) berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh
keyakinan; (2) mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri bagaimana
memperoleh situasi
pengetahuan;
(3) merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya;
(4) belajar dalam kelompok; (5) mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu; (6)
mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara
lisan atau penampilan.Oleh karena itu dalam konteks pembelajaran
berdiferensiasi, maka proses belajar mengajar harus bervariasi sesuai dengan
tingkat individualitas siswa, sehingga siswa dapat belajar tanpa disertai
kebosanan, kejenuhan dan prustasi.
c.
Beragam
pilihan dimana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
Proses
pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik
untuk mendemostrasikan apa-apa yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat
bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar menyampaikan atau
mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya; Kedua, anak didik
belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman);
Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan,kritikan dan sanggahan
terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang lain.
Pengajaran
berdiferensiasi tidak berarti memberikan tugas yang sama pada seluruh siswa dan
melakukan penyesuaian untuk siswa berbakat dengan membedakan tingkat kesulitan
pertanyaan, memberikan tugas yang lebih sulit pada mereka, atau membiarkan
siswa berbakat menyelesaikan program regulernya kemudian bebas mengerjakan
permainan sebagai pengayaan. Pengajaran ini juga tidak berarti memberikan lebih
banyak tugas, misalnya soal matematika, pada siswa yang telah menguasai materi
pelajaran tersebut. Sebaliknya, pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh
empat karakteristk umum, yaitu:
- Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok.
Menurut
Syaodih dan Ibrahim (1996:102), dalam proses penetapan materi pelajaran
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang
tercapainya tujuan instruksional; (2) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan
tingkat pendidikan/perkembangansiswa; (3) materi pelajaran hendaknya
terorganisir secara sistematis dan berkesinambungan; (4) materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat
faktual maupun konseptual. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi,
pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga
semua siswa dapat mengeksplorasi konsepkonsep pokok bahan ajar. Siswa yang agak
lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan
ide-ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para siswa berbakat
memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.Pengajaran lebih menekankan siswa untuk memahami
materi pelajaran dan bukannya menghapal serpihan-serpihan informasi. Pengajaran
berbasis konsep dan prinsip mendorong guru untuk memberikan beragam pilihan
dalam belajar.
dalam belajar.
- Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan
belajar siswa harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan
materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar
seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu,tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian
tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus
mengevaluasi kesiapan dan minat siswa dengan memberi kan dukungan bila siswa
membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa
terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang
lebih menantang.
- Ada pengelompokan siswa secara fleksibel.
Dalam
pembelajaran berdiferensiasi, siswa berbakat sering belajar dengan banyak pola,
seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan, maupun belajar dalam
kelompok. Kadang-kadang tugas juga perlu dirancang berdasarkan tingkat kesiapan
siswa, minat, gaya sebelajar siswa maupun kombinasi antara tingkat kesiapan,
minat, dan gaya belajar. Cara belajar linier dan klasik juga digunakan untuk
mengajarkan ide baru.
- Siswa menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang
relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn).
Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan
siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain.
Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah dibiasakan
untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga
siswa tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan
sempurna.Tugas guru adalah membimbing
eksplorasi tersebut. Karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di
dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dan
bukannya sebagai dispenser informasi.
1. Prinsip-Prinsip Pengajaran
Berdiferensiasi
a. Prinsip
Individualitas
Perbedaan
individual merupakan salah satu masalah utama dalam proses belajar-mengajar.
Suryosubroto (1997:84) mengatakan bahwa ketidakmampuan guru melihat
perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan
kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif.
Menurut Bloom (1976), jika guru memahami persyaratan kognitif dan ciri-ciri
sikap yang diperlukan untuk belajar seperti minat dan konsep diri pada diri
siswasiswanya, dapat diharapkan sebagi an terbesar siswa akan dapat mencapai
taraf penguasaan sampai75% dari yang diajarkan.
Menurut
Usman (1995), pengajaran individual bukanlah sematamata pengajaran yang hanya
ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok
siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan siswa
sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masingmasing siswa
secara optimal. Oleh karena itu, kesempatan yang harus diberikan oleh sekolah
untuk maksud itu tentu raja tidak cukup hanya dengan menambah fasilitas
pengajaran yang cukup seperti perpustakaan, laboratorium, workshop, dan
lain-lain, tetapi juga organisasi sekolah itu sendiri perlu menjamin untuk
dapat terlaksananya “pembelajaran berdiferensiasi”.
b. Prinsip
Belajar Tuntas
Belajar
tuntas (mastery learning) adalah suatu proses pembelajaran yang mengakui
bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya
waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda. Siswa tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
c. Prinsip
Motivasi
Motif
adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
(Usman, 1995:28).Untuk dapat memahami motivasi, maka motivasi dapat dipandang
dari dua aspek, yaitu: Pertama, motivasi sebagai suatu proses. Pengetahuan
tentang proses ini dapat membantu guru menjelaskan tingkah laku yang diamati
dan meramalkan tingkah laku orang lain; Kedua, motivasi menentukan
karaketristik proses. Ini didasarkan pada petunjuk-petunjuk tingkah laku
seseorang yang dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan
menjelaskan tingkah laku lainnya. Ibrahim dan Saodih (1996:28), mengatakan
bahwa gurumemiliki peran yang besar untuk menumbuhkan motivasi
eksternaltersebut, di antaranya: Pertama,menggunakan cara atau metode
dan media mengajar yang bervariasi; Kedua, memilih bahan yang menarik
minat dan dibutuhkan siswa; Ketiga,memberikan sasaran antara; Keempat,memberikan
kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
d. Prinsip
Latar/Konteks
Latar
atau konteks mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi
dunia nyata siswa, sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu
maupun anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
e. Prinsip
Minat dan Kebutuhan Siswa
Minat
merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan
kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat
dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
Dengan demikian dalam rangka meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, maka
materi pembelajaran dan cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat
dan kebutuhan tersebut.
f. Prinsip
Normalization
Normalisasi
merupakan suatu kondisi yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak.
Prinsip normalisasi menghasilkan integrasi yang baik antara anak yang berada
pada kelompok dengan kecerdasan normal dengan anak yang berada dalam kelompok
dengan kecerdasan di atas normal bahkan dengan anak yang memiliki tingkat
kecerdasan di bawah normal.
g. Prinsip
Penilaian (Assessment)
Penilaian
(assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama, informal
assessment, biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai
keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru
untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua,
formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil
belajar, tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian,
kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya.Berdasarkan tujuannya maka assessment
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Pertama, assessment for
identification untuk menempatkan anak dalam pelayanan; Kedua, assessment
for teaching untuk merencanakan isi atau materi yang akan diajarkan dan
merencanakan bagaimana mengajarkannya.
h. Prinsip
Terpadu
Artinya
penyelenggaraan pembelajaran anak berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di
sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
2.
Strategi
Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam mendiferensiasikan
pengajaran,guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar,
yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan evaluasi (Howard, 1999,
Weinbrenner, 2001 dalam Mukti dan Sayekti, 2003).
1.
Materi
pelajaran
Guru
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua siswa mempelajari materi
pelajaran dalam kurikulum yang harus dikuasai siswa.Namun guru tidak harus
mengajarkan materi pelajaran tersebut pada semua siswa. Artinya siswa yang
telah menguasai kompetensi atau bahan ajar tertentu boleh mengurangi waktu yang
diperlukan untuk menguasai kompetensi dan bahan ajar itu. Mereka boleh
meloncatinya. Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai kegiatan
pembelajaran, yaitu:
1) Pemadatan materi pelajaran
Setidaknya
ada delapan (8)langkah untuk memadatkan materi pelajaran, yaitu, (a) tentukan
tujuan pembelajaran pada materi yang akan diajarkan; (b) cari cara yang sesuai
untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran tersebut; (c) identifikasi siswa yang
mungkin telah menguasai tujuan (atau dapat menguasainya dengan cepat); (d)
evaluasi siswasiswa tersebut untuk menentukan tingkat penguasaan; (e) kurangi
waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari materi yang telah dikuasai; (f)
berikan pelajaran pada sekelompok kecil atau siswa secara individu yang belum
menguasai tujuan pembelajaran di atas, tetapi dapat menguasainya lebih cepat
dari teman-teman lainnya; (g) dokumentasikan kegiatan belajar pengganti yang
lebih menantang yang sesuai dengan minat siswa; (h) dokumentasikan proses
pemadatan dan opsi pembelajaran.
2) Studi intradisipliner
Studi
interdisipler merupakan studi yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam
rangka mengkaji atau memecahkan satu permasalahan atau satu topik. Oleh karena
itu, guru mata pelajaran yang ingin memodifikasi tema atau topik tertentu dari
materi pelajaran, dapat bekerja sama dengan guru mata pelajaran lain yang
relevan. Guru membentuk team teaching dalam menjelaskan suatu topik
tertentu.Dengan demikian para siswa akan mendapat wawasan yang komprehensif
tentang topik yang dibahas. Memang ada satu kesulitan dalam membentuk team
teaching tersebut, yaitu kekompakan sering menjadi kendala. Pada sisi para
siswa, mereka dapat mengeksplorasi bentuk kegiatan pembelajaran yang mungkin
dilakukan.
3) Kajian mendalam
Cara
ini dilakukan oleh siswa berbakat bila mereka sudah siap dengan pengetahuan dan
kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, waktu dan energi yang dibutuhkan
untuk tugas ini. Minat siswa pada suatu topik merupakan penentu utama dari
kemauan untuk mengeksplorasi topik itu secara mendalam.
2.
Proses
Proses
belajar adalah perubahan pada individu dalam aspek-aspek pengetahuan, sikap,
keterampilan dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan
(Hilgard and Bower, 1966 dalam Komara, 1994). Belajar adalah membangun
pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Dengan kata lain suatu proses
belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri invidu terbentuk pengetahuan,
sikap,keterampilan atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari
sebelumnya. Proses pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang di dalamnya
terdapat interaksi multi arah antara guru dengan siswa secara individu, guru
dengan siswa secara kelompok, siswa dengan siswa secara individu dan siswa
dengan kelompoknya serta kelompok siswa dengan kelompok siswa yang lain.Banyak
kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan
pembelajaran, antara lain dengan:
1) Mengembangkan kecakapan berpikir.
Siswa
berbakat perlu mengembangkan kecakapan berpikir analitis, sintesis, evaluasi, problem
solving, organisasional, kritis dan kreatif. Guru dapat mengajarkan secara
langsung kecakapan ini atau memadukannya dalam materi pelajaran. Kecakapan
berpikir juga bisa dikembangkan melalui teknik bertanya. Menggunakan pendekatan
student centered, yang menenkankan perbedaan individual setiap anak,
lebih terbuka (divergent), memberkan kesempatan mobilitas tinggi, karena
kemampuan siswa di dalam kelas heterogen, sehingga mungkin ada anak yang saling
bergerak ke sana kemari, dari satu kelompok ke kelompok lain.Menerapkan
pendekatan pembelajaran kompetitif seimbang dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif Melalui pendekatan pembelajaran kompetitif anak dirangsang untuk
berprestasi setinggi mungkin dengan cara berkompetisi secara fair.
2) Hubungan dalam dan lintas disiplin
Hal
ini dilakukan untuk memberikan pengalaman dan wawasan yang komprehensif dari
berbagai disiplin yang relevan terhadap suatu topik tertentu. Dalam konteks
ini, dimungkinkan seorang siswa itu hanya unggul pada suatu disiplin tertentu
sedangkan siswa yang lain unggul pada disiplin lainnya, oleh karena itu mereka
akan saling membutuhkan dan terjadilah kerjasama. Dengan demikian pendekatan
pembelajaran yang dipergunakan adalah pendekatan pembelajaran kooperatif.
Artinya, dalam diri setiap anak dikembangkan jiwa kerjasama dan kebersamaannya.
Mereka diberi tugas dalam kelompok, secara bersama mengerjakan tugas dan
mendiskusikannya. Penekanannya adalah kerjasama dalam kelompok,
dan kerjasama dalam kelompok ini yang
dinilai.
3) Studi mandiri
Ini merupakan
alternatif lain dalam memodifikasi proses. Sebagian siswa berbakat senang
bekerja sendiri, mulai dari menentukan topik yang menjadi fokus studi,
menentukan cara dan waktu penyelesaian, menentukan sumber untuk melakukan studi
hingga menentukan format produk akhir studi. Guru dapat memfasilitasi studi
mandiri dengan cara mengelompokkan siswa berdasarkan minat yang sama. Bila
seorang siswa benar-benar ingin lebih mendalami suatu topik, guru bisa
menawarkan satu kontrak studi mandiri bagi siswa yang bersangkutan.
3.
Produk
Dalam
memodifikasi produk, guru dapat mendorong siswa untuk mendemonstrasikan apa
yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan
pengetahuan maupun kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta
siswa untuk menambah jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa meminta
siswa untuk mensintesis pengetahuan yang telah diperoleh. Guru juga bisa
memberikan kesempatan kepada siswa berbakat untuk menginvestigasi masalah riil
yang terjadi disekitarnya dan mempresentasikan solusinya. Misalnya, siswa diminta untuk menginvestigasi polusi dari
emisi kendaraan bermotor atau polusi air kali dan hasilnya dipresentasikan pada
instansi pemerintahatau swasta terkait.
4.
Lingkungan
Belajar
Lingkungan
dan individu terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya.Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya
lingkungan dibentuk oleh individu (manusia). Tingkah laku individu dapat
menyebabkan perubahan lingkungan baik bersifat positif ataupun negatif.
Perubahan positif berarti menimbulkan perubahan ke arah perbaikan,
penyempurnaan atau penambahan. Iklim belajar di kelas sebagai salah satu
lingkungan bagi para siswa merupakan faktor yang mempengaruhi secara langsung
pada gaya belajar dan minat siswa.Sikap guru sangat menentukan iklim di dalam
kelas. Lingkungan belajar yang sesuai adalah yang mengandung kebebasan memilih
dalam satu disiplin; kesempatan untuk mempraktikkan kreativitas; interaksi
kelompok; kemandirian dalam belajar;kompleksitas pemikiran; keterbukaan
terhadap ide; mobilitas gerak; menerima opini; dan merentangkan belajar hingga
ke luar ruang kelas. Untuk itu guru harus mampu membuat pilihan-pilihan yang
sesuai mulai dari apa yang akan diajarkan, bagaimana mengajarkannya, materi dan
sumberdaya apa yang perlu disediakan hingga bagaimana mengevaluasi pertumbuhan
belajar siswa. Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam
kelas, atau membawa siswa ke masyarakat.
5.
Evaluasi
Memodifikasi
evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan
materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan bahwa siswa
berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan penguasaan materi
pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan, topik atau unit
baru mata pelajaran
Daftar Pustaka
Bloom, (1956), Taxonomy of EducationObjectives, New
York,Company Inc.
Hamalik, Oemar, (2005), ProsesBelajar Mengajar, Jakarta,Bumi
Aksara.
-------------------, (2005), Kurikulumdan
Pembelajaran, Jakarta,Bumi Aksara.
Hasibuan, J.J. dan Moedjiono,(1986), Proses Belajar
Mengajar,Bandung, CV RemajaKarya.
Ibrahim, R dan Syaodih S., Nana,(1996), Perencanaan
Pengajaran, Jakarta, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikandan Kebudayaan
bekerjasama dengan Rineka Cipta.
Mukti, Abdul dan Sayekti, Adjie,(2003), Gerbang; MajalahPendidikan,
4, 36-38.
Nurhadi, Mulyani A., (1983), AdministrasiPerpustakaan
Sekolah,Yogyakarta, KartikaWilis.
Suryosubroto, B., (1997), ProsesBelajar Mengajar, Jakarta,
RinekaCipta.
Tomlinson, C.A., (1995), Differentiating Instruction
for AdvancedLearners in the Mixed Ability
Middle School Classroom ERIC Claring
house on Disabilities and Gifted Education. [Article published
online].
terimakasih saat bermanfaat sekali
BalasHapusSangat bermanfaat untuk saya. Terimakasih
BalasHapus