Selasa, 20 Desember 2016

Foto

Berikut adalah foto gedung Isola Universitas Pendidikan Indonesia yang terletk di Bandung.
Hal-hal yang diedit adalah:
- Menghilangkan noda hitam yang ada dibagian kiri bawah
 - Menghilangkan tulisan Isola dan menggantinya dengan rumput
- Mengkontraskan warna
  
 Berikut adalah foto salah satu kakak tingkat saya yang sedang berada di sebuah ruang kelas pada saat even GMM di suatu daerah; Hal-hal yang diedit adalah:
- Penggantian background foto menjadi di sebuah perpustakaan
- Penggantian taplak meja registrasi
 - Mengecilkan ukuran foto orang.



Artikel Pembelajaran Berdiferensiasi



Differentiated Instruction (Pembelajaran Berdiferensiasi)
1.   Pengertian
Diferensiasi adalah praktik menyesuaikan kurikulum, strategi mengajar, strategi penilaian, dan lingkungan kelas dengan kebutuhan semua siswa. Kelas yang berdiferensiasi memberikan jalur yang berbeda bagi siswa untuk mendapatkan isi, untuk memproses informasi dan ide-ide, serta untuk mengembangkan produk/ hasil belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada siswa dan menitikberatkan pada pengajaran yang responsif dan pro-aktif.
Penanganan anak-anak berbakat atau cerdas dengan program pengayaan dan percepatan penuh banyak memiliki kelemahan-kelemahan yang merugikan anak itu sendiri, maka telah dikembangkan pendekatan pengajaran alternatif yaitu berdiferensiasi (differentiated instruction). Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan siswa berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada siswa berbakat dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.
Tomlison (1995), mengemukakan bahwa dalam pengajaran berdiferensiasi ini, guru menggunakan beberapa kegiatan, yaitu:
a.    Cara agar siswa dapat mengeksplorasi kurikulum.
Kurikulum merupakan seperangkat Beragam rencana dan pengaturan mengenai sisi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 butir 9). Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kurikulum hendaknya selalu mengacu pada tujuan pendidikan nasional,dengan memperhatikan: (1) tahap perkembangan peserta didik; (2) kesesuaiannya dengan lingkungan; (3) kesesuaiannya dengan kebutuhan pembangunan nasional; (4) kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian; (5) kesesuaiannya dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.Dalam kaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka para siswa memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai denganperkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya.
b.    Beragam kegiatan atau proses yang masuk akal sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki informasi dan ide;
Proses belajar mengajar harus dapat mengembangkan cara belajar siswa untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi yang diperlukan. Siswa harus terlibat secara aktif dalam proses tersebut baik secara individual ataupun kelompok. Keaktifan itu dapat terlihat dari (Suryosubroto, 1996:72): (1) berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan; (2) mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi

pengetahuan; (3) merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya; (4) belajar dalam kelompok; (5) mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu; (6) mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.Oleh karena itu dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, maka proses belajar mengajar harus bervariasi sesuai dengan tingkat individualitas siswa, sehingga siswa dapat belajar tanpa disertai kebosanan, kejenuhan dan prustasi.
c.    Beragam pilihan dimana siswa dapat mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.
Proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa-apa yang telah mereka pelajari. Hal ini sangat bermanfaat untuk: Pertama, anak didik belajar menyampaikan atau mengkomunikasikan temuan dan informasi yang dimilikinya; Kedua, anak didik belajar mengapresiasi karya atau infomasi yang disampaikan orang lain (teman); Ketiga, anak didik belajar untuk mendapat masukan,kritikan dan sanggahan terhadap penemuan atau informasi yang disampikan kepada orang lain.
Pengajaran berdiferensiasi tidak berarti memberikan tugas yang sama pada seluruh siswa dan melakukan penyesuaian untuk siswa berbakat dengan membedakan tingkat kesulitan pertanyaan, memberikan tugas yang lebih sulit pada mereka, atau membiarkan siswa berbakat menyelesaikan program regulernya kemudian bebas mengerjakan permainan sebagai pengayaan. Pengajaran ini juga tidak berarti memberikan lebih banyak tugas, misalnya soal matematika, pada siswa yang telah menguasai materi pelajaran tersebut. Sebaliknya, pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh empat karakteristk umum, yaitu:
  1. Pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok.
Menurut Syaodih dan Ibrahim (1996:102), dalam proses penetapan materi pelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan instruksional; (2) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangansiswa; (3) materi pelajaran hendaknya terorganisir secara sistematis dan berkesinambungan; (4) materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi, pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua siswa dapat mengeksplorasi konsepkonsep pokok bahan ajar. Siswa yang agak lambat (struggling learners) bisa memahami dan menggunakan ide-ide dari konsep-konsep yang diajarkan. Sedangkan bagi para siswa berbakat memperluas pemahaman dan aplikasi konsep pokok tersebut.Pengajaran lebih menekankan siswa untuk memahami materi pelajaran dan bukannya menghapal serpihan-serpihan informasi. Pengajaran berbasis konsep dan prinsip mendorong guru untuk memberikan beragam pilihan
dalam belajar.
  1. Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar siswa harus dievaluasi untuk dijadikan sebagai dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Kapasitas belajar seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu,tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat siswa dengan memberi kan dukungan bila siswa membutuhkan interaksi dan bimbingan tambahan, serta memperluas eksplorasi siswa terutama bagi mereka yang sudah siap untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menantang.
  1. Ada pengelompokan siswa secara fleksibel.
Dalam pembelajaran berdiferensiasi, siswa berbakat sering belajar dengan banyak pola, seperti belajar sendiri-sendiri, belajar berpasangan, maupun belajar dalam kelompok. Kadang-kadang tugas juga perlu dirancang berdasarkan tingkat kesiapan siswa, minat, gaya sebelajar siswa maupun kombinasi antara tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar. Cara belajar linier dan klasik juga digunakan untuk mengajarkan ide baru.
  1. Siswa menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Prinsip belajar yang relevan adalah belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Artinya, dikelas target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah dibiasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga siswa tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna.Tugas guru adalah membimbing eksplorasi tersebut. Karena beragam kegiatan dapat terjadi secara simultan di dalam kelas, guru akan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, dan bukannya sebagai dispenser informasi.
1.   Prinsip-Prinsip Pengajaran Berdiferensiasi
a.    Prinsip Individualitas
Perbedaan individual merupakan salah satu masalah utama dalam proses belajar-mengajar. Suryosubroto (1997:84) mengatakan bahwa ketidakmampuan guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang dihadapi akan menyebabkan kegagalan dalam memelihara dan membina interaksi edukatif secara efektif. Menurut Bloom (1976), jika guru memahami persyaratan kognitif dan ciri-ciri sikap yang diperlukan untuk belajar seperti minat dan konsep diri pada diri siswasiswanya, dapat diharapkan sebagi an terbesar siswa akan dapat mencapai taraf penguasaan sampai75% dari yang diajarkan.
Menurut Usman (1995), pengajaran individual bukanlah sematamata pengajaran yang hanya ditujukan kepada seorang raja, melainkan dapat saja ditujukan kepada sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan siswa sehingga pengajaran itu memungkinkan berkembangnya potensi masingmasing siswa secara optimal. Oleh karena itu, kesempatan yang harus diberikan oleh sekolah untuk maksud itu tentu raja tidak cukup hanya dengan menambah fasilitas pengajaran yang cukup seperti perpustakaan, laboratorium, workshop, dan lain-lain, tetapi juga organisasi sekolah itu sendiri perlu menjamin untuk dapat terlaksananya “pembelajaran berdiferensiasi”.
b.    Prinsip Belajar Tuntas
Belajar tuntas (mastery learning) adalah suatu proses pembelajaran yang mengakui bahwa semua anak memiliki kemampuan yang sama dan bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai kemampuan tertentu berbeda. Siswa tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik.
c.    Prinsip Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan (Usman, 1995:28).Untuk dapat memahami motivasi, maka motivasi dapat dipandang dari dua aspek, yaitu: Pertama, motivasi sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini dapat membantu guru menjelaskan tingkah laku yang diamati dan meramalkan tingkah laku orang lain; Kedua, motivasi menentukan karaketristik proses. Ini didasarkan pada petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang yang dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya. Ibrahim dan Saodih (1996:28), mengatakan bahwa gurumemiliki peran yang besar untuk menumbuhkan motivasi eksternaltersebut, di antaranya: Pertama,menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi; Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa; Ketiga,memberikan sasaran antara; Keempat,memberikan kesempatan sukses; Kelima, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan; dan Keenam, menciptakan persaingan yang sehat.
d.    Prinsip Latar/Konteks
Latar atau konteks mengandung arti bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu maupun anggota keluarga, masyarakat, dan bangsa. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
e.    Prinsip Minat dan Kebutuhan Siswa
Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang, sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang. Oleh karena itu, minat dan kebutuhan merupakan utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Dengan demikian dalam rangka meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, maka materi pembelajaran dan cara penyampaiannya pun harus disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
f.     Prinsip Normalization
Normalisasi merupakan suatu kondisi yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak. Prinsip normalisasi menghasilkan integrasi yang baik antara anak yang berada pada kelompok dengan kecerdasan normal dengan anak yang berada dalam kelompok dengan kecerdasan di atas normal bahkan dengan anak yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal.
g.    Prinsip Penilaian (Assessment)
Penilaian (assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Pertama, informal assessment, biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan; Kedua, formal assessment yaitu penilaian lewat tes standar seperti tes hasil belajar, tes inteligensi, wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya.Berdasarkan tujuannya maka assessment dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Pertama, assessment for identification untuk menempatkan anak dalam pelayanan; Kedua, assessment for teaching untuk merencanakan isi atau materi yang akan diajarkan dan merencanakan bagaimana mengajarkannya.
h.    Prinsip Terpadu
Artinya penyelenggaraan pembelajaran anak berbakat dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah biasa. Anak dengan berbagai perbedaan belajar di ruang kelas yang sama.
2.   Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam mendiferensiasikan pengajaran,guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan evaluasi (Howard, 1999, Weinbrenner, 2001 dalam Mukti dan Sayekti, 2003).
1.    Materi pelajaran
Guru bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua siswa mempelajari materi pelajaran dalam kurikulum yang harus dikuasai siswa.Namun guru tidak harus mengajarkan materi pelajaran tersebut pada semua siswa. Artinya siswa yang telah menguasai kompetensi atau bahan ajar tertentu boleh mengurangi waktu yang diperlukan untuk menguasai kompetensi dan bahan ajar itu. Mereka boleh meloncatinya. Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, yaitu:
1) Pemadatan materi pelajaran
Setidaknya ada delapan (8)langkah untuk memadatkan materi pelajaran, yaitu, (a) tentukan tujuan pembelajaran pada materi yang akan diajarkan; (b) cari cara yang sesuai untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran tersebut; (c) identifikasi siswa yang mungkin telah menguasai tujuan (atau dapat menguasainya dengan cepat); (d) evaluasi siswasiswa tersebut untuk menentukan tingkat penguasaan; (e) kurangi waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari materi yang telah dikuasai; (f) berikan pelajaran pada sekelompok kecil atau siswa secara individu yang belum menguasai tujuan pembelajaran di atas, tetapi dapat menguasainya lebih cepat dari teman-teman lainnya; (g) dokumentasikan kegiatan belajar pengganti yang lebih menantang yang sesuai dengan minat siswa; (h) dokumentasikan proses pemadatan dan opsi pembelajaran.
2) Studi intradisipliner
Studi interdisipler merupakan studi yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam rangka mengkaji atau memecahkan satu permasalahan atau satu topik. Oleh karena itu, guru mata pelajaran yang ingin memodifikasi tema atau topik tertentu dari materi pelajaran, dapat bekerja sama dengan guru mata pelajaran lain yang relevan. Guru membentuk team teaching dalam menjelaskan suatu topik tertentu.Dengan demikian para siswa akan mendapat wawasan yang komprehensif tentang topik yang dibahas. Memang ada satu kesulitan dalam membentuk team teaching tersebut, yaitu kekompakan sering menjadi kendala. Pada sisi para siswa, mereka dapat mengeksplorasi bentuk kegiatan pembelajaran yang mungkin dilakukan.
3) Kajian mendalam
Cara ini dilakukan oleh siswa berbakat bila mereka sudah siap dengan pengetahuan dan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, waktu dan energi yang dibutuhkan untuk tugas ini. Minat siswa pada suatu topik merupakan penentu utama dari kemauan untuk mengeksplorasi topik itu secara mendalam.
2.    Proses
Proses belajar adalah perubahan pada individu dalam aspek-aspek pengetahuan, sikap, keterampilan dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan (Hilgard and Bower, 1966 dalam Komara, 1994). Belajar adalah membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri invidu terbentuk pengetahuan, sikap,keterampilan atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi multi arah antara guru dengan siswa secara individu, guru dengan siswa secara kelompok, siswa dengan siswa secara individu dan siswa dengan kelompoknya serta kelompok siswa dengan kelompok siswa yang lain.Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:
1) Mengembangkan kecakapan berpikir.
Siswa berbakat perlu mengembangkan kecakapan berpikir analitis, sintesis, evaluasi, problem solving, organisasional, kritis dan kreatif. Guru dapat mengajarkan secara langsung kecakapan ini atau memadukannya dalam materi pelajaran. Kecakapan berpikir juga bisa dikembangkan melalui teknik bertanya. Menggunakan pendekatan student centered, yang menenkankan perbedaan individual setiap anak, lebih terbuka (divergent), memberkan kesempatan mobilitas tinggi, karena kemampuan siswa di dalam kelas heterogen, sehingga mungkin ada anak yang saling bergerak ke sana kemari, dari satu kelompok ke kelompok lain.Menerapkan pendekatan pembelajaran kompetitif seimbang dengan pendekatan pembelajaran kooperatif Melalui pendekatan pembelajaran kompetitif anak dirangsang untuk berprestasi setinggi mungkin dengan cara berkompetisi secara fair.
2) Hubungan dalam dan lintas disiplin
Hal ini dilakukan untuk memberikan pengalaman dan wawasan yang komprehensif dari berbagai disiplin yang relevan terhadap suatu topik tertentu. Dalam konteks ini, dimungkinkan seorang siswa itu hanya unggul pada suatu disiplin tertentu sedangkan siswa yang lain unggul pada disiplin lainnya, oleh karena itu mereka akan saling membutuhkan dan terjadilah kerjasama. Dengan demikian pendekatan pembelajaran yang dipergunakan adalah pendekatan pembelajaran kooperatif. Artinya, dalam diri setiap anak dikembangkan jiwa kerjasama dan kebersamaannya. Mereka diberi tugas dalam kelompok, secara bersama mengerjakan tugas dan mendiskusikannya. Penekanannya adalah kerjasama dalam kelompok,
dan kerjasama dalam kelompok ini yang dinilai.
3) Studi mandiri
Ini merupakan alternatif lain dalam memodifikasi proses. Sebagian siswa berbakat senang bekerja sendiri, mulai dari menentukan topik yang menjadi fokus studi, menentukan cara dan waktu penyelesaian, menentukan sumber untuk melakukan studi hingga menentukan format produk akhir studi. Guru dapat memfasilitasi studi mandiri dengan cara mengelompokkan siswa berdasarkan minat yang sama. Bila seorang siswa benar-benar ingin lebih mendalami suatu topik, guru bisa menawarkan satu kontrak studi mandiri bagi siswa yang bersangkutan.
3.    Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat mendorong siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta siswa untuk menambah jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa meminta siswa untuk mensintesis pengetahuan yang telah diperoleh. Guru juga bisa memberikan kesempatan kepada siswa berbakat untuk menginvestigasi masalah riil yang terjadi disekitarnya dan mempresentasikan solusinya. Misalnya, siswa  diminta untuk menginvestigasi polusi dari emisi kendaraan bermotor atau polusi air kali dan hasilnya dipresentasikan pada instansi pemerintahatau swasta terkait.
4.    Lingkungan Belajar
Lingkungan dan individu terjalin proses interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lainnya.Individu seringkali terbentuk oleh lingkungan, begitu juga sebaliknya lingkungan dibentuk oleh individu (manusia). Tingkah laku individu dapat menyebabkan perubahan lingkungan baik bersifat positif ataupun negatif. Perubahan positif berarti menimbulkan perubahan ke arah perbaikan, penyempurnaan atau penambahan. Iklim belajar di kelas sebagai salah satu lingkungan bagi para siswa merupakan faktor yang mempengaruhi secara langsung pada gaya belajar dan minat siswa.Sikap guru sangat menentukan iklim di dalam kelas. Lingkungan belajar yang sesuai adalah yang mengandung kebebasan memilih dalam satu disiplin; kesempatan untuk mempraktikkan kreativitas; interaksi kelompok; kemandirian dalam belajar;kompleksitas pemikiran; keterbukaan terhadap ide; mobilitas gerak; menerima opini; dan merentangkan belajar hingga ke luar ruang kelas. Untuk itu guru harus mampu membuat pilihan-pilihan yang sesuai mulai dari apa yang akan diajarkan, bagaimana mengajarkannya, materi dan sumberdaya apa yang perlu disediakan hingga bagaimana mengevaluasi pertumbuhan belajar siswa. Pendayagunaan lingkungan sekitar dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yakni dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, atau membawa siswa ke masyarakat.
5.    Evaluasi
Memodifikasi evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan bahwa siswa berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan, topik atau unit baru mata pelajaran

Daftar Pustaka
Bloom, (1956), Taxonomy of EducationObjectives, New York,Company Inc.
Hamalik, Oemar, (2005), ProsesBelajar Mengajar, Jakarta,Bumi Aksara.
-------------------, (2005), Kurikulumdan Pembelajaran, Jakarta,Bumi Aksara.
Hasibuan, J.J. dan Moedjiono,(1986), Proses Belajar Mengajar,Bandung, CV RemajaKarya.
Ibrahim, R dan Syaodih S., Nana,(1996), Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikandan Kebudayaan bekerjasama dengan Rineka Cipta.
Mukti, Abdul dan Sayekti, Adjie,(2003), Gerbang; MajalahPendidikan, 4, 36-38.
Nurhadi, Mulyani A., (1983), AdministrasiPerpustakaan Sekolah,Yogyakarta, KartikaWilis.
Suryosubroto, B., (1997), ProsesBelajar Mengajar, Jakarta, RinekaCipta.
Tomlinson, C.A., (1995), Differentiating Instruction for AdvancedLearners in the Mixed Ability
Middle School Classroom ERIC Claring house on Disabilities and Gifted Education. [Article published
online].

Penggunaan Media Pembelajaran Matematika untuk Siswa SD Kelas 1

Naskah [Keluar dari ruang kuliah dengan lelah, kemudian duduk disalah satu bangku yang ada]
Ira : Aduh, kenapa sih siswa-siswa aku masih belum ngerti tentang bilangan. Padahal, aku udah sering banget ngajarin. Cerita ke siapa, ya? Oh, ya. Wahyu, Wahyu. [Mencari, kemudian mengambil telpon genggam] Halo, wahyu. Wahyu : Iya, halo. Ira: Lagi sibuk, gak?
Wahyu : Gak nih, kenapa?
Ira : Ini nih. Aku mau cerita, lagi galau banget.
Wahyu : Galau kenapa?
Ira : Siswa-siswa aku, kamu tahu kan, aku ngajar buat kelas 1 SD, sekarang tuh lagi materi tentang bilangan dan mereka tuh gak ngerti. Bilangan yang kaya membilang, mengeja huruf, terus mengoperasikan penjumlahan, pengurangan, yang kaya gitu gitu.
Wahyu : Iya.
Ira : Iya, jadi mereka tuh bingung gitu, gak ngerti. Susah banget deh ngajarinnya. Kamu ada saran gak buat bantu aku?
Wahyu : Haduh, gimana ya? Aku belum pernah pegang anak kelas 1 SD, euy. Nanti aku coba tanyain ke temen aku deh, ya. Siapa tahu dia tahu.
Ira : Oh, iya deh. Boleh, boleh, boleh. Iya, tanyain ya ke temen kamu. Wahyu : Iya, iya. Nanti aku tanyain, ya. Dadah.
Ira : Makasih, ya. Ok deh, dadah. [Keluar dari toilet dan melihat Tyas sedang duduk sendirian] Wahyu : Eh, Tyas.
Tyas : Halo, Wahyu.
Wahyu : Lagi ngapain?
Tyas : Lagi nungguin dosen, nih.
Wahyu : Mau ngapain? Mau bimbingan?
Tyas : Iya. Kamu abis darimana?
Wahyu : Biasa, kuliah. Tyas : Temenin aku disini, ya. Nungguin dosen, tuh.
Wahyu : Iya, boleh, lah.
Tyas : Sebentar, ya.
Wahyu : Iya. [Hening] Iyas.
Tyas : Apa?
Wahyu : Tau, gak?
Tyas : Tau apa? Wahyu : Temen aku lagi bingung.
Tyas : Bingung, kenapa? Wahyu : Gini, ya. Dia tuh ngajar. Nah, anak-anaknya tuh pada gak ngerti gitu. Pada kebingungan.
Tyas : Emang gimana cara temen kamu ngajar?
Wahyu : Ya, ngajar biasa gitu. Ngejelasin, terus nulis di papan tulis gitu. Ya, kaya biasa gitu, lah.
Tyas : Ceramah maksudnya?
Wahyu : Iya, gitu. Tyas : Mungkin bisa dicoba pakai media pembelajaran kali, ya. Biar lebih menarik gitu, biar anaknya gak cepet bosen.
Wahyu : Media pembelajaran? Media pembelajarannya kaya gimana? Sesuai gak sama materi yang diajarin sama temen aku?
Tyas : Emang temen kamu lagi ngajarin tentang apa, sih?
Wahyu : Tentang bilangan bulat gitu deh kalo gak salah, materinya.
Tyas: Kayanya aku punya deh media pembelajaran tentang bilangan bulat gitu.
Wahyu : Oh iya? Bener? Ada sekarang?
Tyas : Ada di rumah tapi. Ntar deh kita ketemuan lagi aja, ya.
Wahyu : Kalo gitu sekalian aja aku kenali kamu sama temen aku. Boleh? Sip.
[Berjalan ke arah kurikulatorium. Mencari buku untuk bahan referensi. Dan mengeluarkan telpon genggam untuk memberi kabar pada Ira, bahwa tidak bisa bertemu karena perlu mengerjakan skripsi]
[Wahyu mengirimkan nomor Tyas karena tidak dapat bertemu dengan Ira]
Ira : Ih, nomornya udah dikirim nih sama si Wahyu. Telpon, ah.
 [Menelpon Tyas] Halo.
Tyas : Iya, halo. Ira : Ini tyas?
Tyas : Iya, ini dengan Tyas. Ini dengan siapa, ya?
 Ira : Ini Ira, temennya Wahyu.
Tyas : Oh, iya Ira. Kemaren Wahyu udah cerita tentang kamu. Katanya kamu punya kesulitan ngajar bilangan gitu, ya?
Ira : Iya. Dia cerita kamu punya media yang bisa bantu siswa gitu. Bisa ketemuan gak sekarang?
Tyas : Hari ini mau ketemuan dimana?
Ira : Di parkiran timur JICA, tahu gak?
Tyas : Oh iya, iya, tahu. Mau jam berapa, ya?
Ira : Em, 15 menit lagi deh.
Tyas: Boleh, boleh.
Ira : Ok, makasih, ya.
Tyas : Iya, sama-sama.
[Ira sibuk memeriksa telpon genggam, Tyas berjalan ke arah parkiran timur JICA]
 Tyas : Eh, ini Ira, ya?
Ira : Eh, iya. Ini Tyas temennya Wahyu?
 Tyas : Iya.
Ira : Oh, hai.
Tyas : Hai.
Ira : Medianya mana?
Tyas : Medianya berat, besar gitu, jadi agak susah dibawanya.
Ira : Oh. Mau nanya dong, nama medianya apa, sih?
Tyas : Medianya tuh namanya Domat.
Ira : Kegunaannya buat apa aja emang?
Tyas : Kalo dari desainnya sih, kaya buat mencacah, membilang, terus operasi hitung gitu, penjumlahan, pengurangan. Tapi, terbatas sampai bilangan 15 dan bilangan bulat positif aja. Gapapa? Ira : Gapapa. Cocok banget tuh sama aku. Lagian juga mereka kan masih kelas 1 SD, jadi belajarnya juga masih yang awal-awal gitu, kan. Jadi, 15 juga cukup, kok. Em, cara penggunaannya gimana, ya? Tyas : Kalo cara penggunaannya sih simpel aja, ya. Cuman, kan disitu ada angka-angka kaya gitu, terus tinggal digantungin aja di tempatnya dan kalo operasi penjumlahan, pengurangan, pake donat gitu, kan. Namanya kan donat, domat gitu. Jadi ada donat-donat gitu. Terus, dimasukin ke ring-ring gitu, ke tiangnya gitu.
Ira : Oh.
Tyas : Tapi, lebih lengkapnya, [memberikan flashdisk] 
Ira : [Menerima flashdisk] Oh, jadi filenya ada disini?
Tyas : Iya, nama filenya Domat, ya.
Ira : Ok. Nanti aku hubungin kamu, deh. Buat, jelasnya kapan aku butuh Domatnya sama gimana cara ngambilnya. Boleh minta nomor kamu, gak?  [Memberikan telpon genggam pada Tyas]
Tyas : Boleh, boleh. [Mengetikkan nomor] Ini, nanti hubungin aja. Aku aktif line, kok.
 Ira : Ok, siap. Makasih, ya. [Mengirimkan pesan kepada Tyas]

Bahan Ajar

Materi yang dibahas adalah mengenai statistika, khususnya pada bagian Penyajian Data yang diajarkan pada siswa kelas IX atau kelas 3 SMP di semester 1. Kompetensi Dasar yang ingin dicapai adalah menyajikan data tunggal dalam bentuk tabel, diagram batang, diagram garis dan diagram lingkaran.